Hidrogen sulfida atau H2S adalah senyawa gas yang muncul dari aktivitas biologis saat bakteri melakukan penguraian terhadap bahan organik tanpa melibatkan oksigen. Aktivitas tersebut umumnya terjadi di rawa dan saluran pembuangan kotoran, sehingga gas H2S disebut juga gas rawa, gas selokan atau gas tinja.
Selain itu, gas H2S juga muncul karena aktivitas gunung berapi atau tempat-tempat yang mengandung gas alam, minyak mentah, mata air panas, dan gas volkano. Tak hanya itu, H2S juga ada dalam tubuh manusia yang diproduksi melalui penguraian bakteri protein yang mengandung sulfur. Produksinya terjadi di dalam usus manusia.
Kandungan dan Sifat Gas H2S
Senyawa gas H2S terdiri dari 2 unsur hidrogen dan 1 unsur sulfur. Satuan pengukurannya adalah part per million (PPM). Gas ini bersifat tidak berwarna tapi beracun dan dapat menyebabkan ledakan, atau percikan. Gas ini juga sangat bau, karena baunya seperti “telur busuk”. Karena juga muncul di gunung serta tempat-tempat minyak dan gas bumi, gas ini juga disebut gas asam, asam belerang, atau uap bau.
Secara fisik, gas H2s memiliki berat jenis yang lebih berat dari udara yakni sekitar 20%. Perbandingan berat jenis keduanya adalah 1,2 atm untuk gas H2s, dan 1 atm untuk udara. Berat jenis yang lebih berat itu membuat H2S cenderung lebih mudah ditemukan di tempat atau daerah yang rendah. Di samping itu, gas H2S dapat bercampur dengan air. Daya larutnya dalam air mencapai 437 ml/100 ml air pada 0°C, dan 186 ml/100 ml air pada 40°C. Jika larut dalam air, H2S akan menjadi Hydrosulfuric Acid, yaitu asam lemah, yang ketika bereaksi dengan iron/steel akan membentuk Iron Sulfide yang dapat menghasilkan percikan besar.
Bahaya Gas H2S bagi lingkungan dan peralatan
Sebagaimana disebutkan di awal, gas H2S adalah senyawa yang beracun dan berbahaya. Bahaya yang paling dikenal adalah dapat terbakar dan meledak pada konsentrasi Lower Explosive Limit (LEL) sekitar 4.3% (43000 PPM) sampai Upper Explosive Limit (UEL) pada angka 46% ( 460000 PPM ). Api yang menyala akibat ledakan muncul dengan warna biru pada suhu 500 °F atau 260°C. Demi menghindari percikan dan ledakan, perlu penanganan segera jika pakaian terkena oleh H2S cair. Yang terbaik dilakukan adalah menjauhkannya dari sumber api. Bila perlu, isolasi pakaian tersebut dan biarkan H2S cair tersebut menguap ke udara.
Selain itu, senyawa H2S juga dapat mengakibatkan karat pada peralatan logam, karena juga memiliki sifat korosif. Dalam aktivitas bidang minyak dan gas bumi, kondisi tersebut dapat terjadi pada pipa – pipa saluran dan tangki – tangki logam, sehingga diperlukan cara khusus untuk menangani dan menghindari terjadinya korosi. Di samping itu, H2S juga akan menyebabkan besi sulfida yang berkarat akibat Ferrous Sulfide (FeS) terjadi pada logam besi.
Dampak H2S terhadap kesehatan manusia
Racun yang ada pada senyawa H2S tentu saja juga dapat berdampak pada kesehatan manusia. Begitu gas ini terbakar, maka uap dan gas beracun seperti Sulfur Dioksida akan keluar. Daya racun pada H2S berada di peringkat kedua setelah Hidrogen Sianida (HCN) dan lima kali lebih beracun dari Karbon Monoksida (CO) yang membentuk ikatan besi (Fe) pada enzim Mitokondria Sitokrom. Ikatan ini mengakibatkan kegagalan respirasi sel.
Sebenarnya, seperti disebutkan juga, secara alamiah tubuh manusia memproduksi H2S yang terjadi pada usus besar. Akan tetapi senyawa beracun tersebut dapat dinetralisasikan secara natural oleh enzim yang juga terkandung dalam tubuh. Hasilnya, H2S yang dioksidasi tersebut berubah menjadi sulfat.
Artikel terkait
H2S – Gas Beracun Di Pengeboran Minyak & Gas
Ketahui Risiko dan Bahaya Bekerja di Confined Space sebelum Terjadi Kecelakaan
Namun, racun gas tersebut hanya dapat diatasi bila dosisnya ringan, yaitu yang dihasilkan secara alami oleh tubuh. Sehingga, bila yang terdapat dalam tubuh lebih besar dari 300-350 PPM, maka enzim oksidasi tubuh akan sulit menetralisasikannya. Oleh karena itu, sebaiknya manusia menghindari penghirupan gas H2S yang dihasilkan oleh tempat-tempat yang juga sudah disebutkan.
Dampak yang terjadi bila racun gagal ternetralisasi cukup beragam, tergantung tingkatan konsentrasi gas H2S yang masuk dalam tubuh tersebut, sebagai berikut;
- Pada konsentrasi rendah, dampaknya bisa terasa pada iritasi mata serta gangguan pada hidung, tenggorokan, dan sistem pernapasan. Jika yang menghirup adalah penderita asma, maka penyakitnya dapat menjadi semakin parah.
Namun, pada konsentrasi ini dampaknya bisa tidak langsung terjadi. Bisa beberapa jam atau beberapa hari kemudian. Akan tetapi, bila terjadi pengulangan paparan atas gas tersebut, gejala penyakit lain akan muncul. Di antaranya sakit kepala, susah tidur, mudah marah, hingga penurunan berat badan.
- Jika konsentrasinya sedang, dampaknya juga terjadi pada iritasi mata dan pernapasan, namun lebih penghirup gas akan menjadi batuk, susah bernapas, bahkan terjadi penumpukan cairan di paru-paru. Dampak lebih berat tersebut akan dapat terlihat dari bahasa tubuh si penderita yang merasa kesulitan bernapas karena batuk parah.
- Selanjutnya, jika konsentrasinya tinggi, penghirup gas H2S akan jadi kejang, bahkan tidak bisa bernapas hingga tidak sadarkan diri. Lebih buruk lagi, akibatnya adalah
Mengatasi dampak H2S yang terhirup
Untuk mengatasinya, orang yang menderita dampak penghirupan gas H2S harus segera dievakuasi ke ruangan berudara segar dan mendapatkan bantuan pernapasan buatan. Bila tidak, dampak lebih buruknya adalah gangguan dan kerusakan otak. Selain itu, setiap orang yang bekerja di lokasi atau daerah yang menghasilkan gas H2S, sangat disarankan peka terhadap setiap pesan yang disampaikan sesama pekerja, baik komunikasi verbal maupun nonverbal. Hal itu penting demi dapat memberikan pertolongan secepatnya bila salah satu pekerja terindikasi penghirupan gas H2S.
Sumber: Wikipedia, hopelmarbugblower, oilandgas management