Produksi Kertas RI Bakal Mampu Setara Brazil

Bagikan:

img0154a1

Memiliki sumber daya alam yang berlimpah dengan luas hutan sebanyak 135 juta hektare (ha) tak membuat produksi kertas Indonesia menjadi pemain nomor wahid dunia. Produksi pulp and paper (bubur kertas dan kertas) Indonesia nyatanya hanya mampu bertengger di posisi sembilan di bawah Amerika, Tiongkok dan Brazil.

Mengutip data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), industri pulp dan kertas pada 2013 mencapai 7,9 juta ton untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pulp dan kertas sebesar 35,3 juta meter kubik. Ini harus ditingkatkan mengingat kebutuhan bahan baku pada 2017 mendatang meningkat 27,5 persen menjadi 45 juta meter kubik.

“Terlebih pada 2050 mendatang, kebutuhan serat hutan atau fiber sebagai bahan baku pulp dan kertas meningkat hingga 237 persen menjadi 2,7 miliar meter kubik dari sekarang yang hanya 800 juta meter kubik,” ungkap Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Tony Wenas saat diskusi bersama Forum Wartawan Industri (Forwin) di Restoran Pulau Dua, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, akhir pekan lalu.

Saat ini, dari total lahan hutan yang ada di Indonesia, sebanyak 70 juta ha lahan hutan yang bisa dimanfaatkan sebagai produksi industri. Dari jumlah tersebut, sebenarnya ada 10 juta ha izin hutan tanaman industri (HTI), namun hingga kini baru dikelola sebanyak 3,5 juta ha. “Maka itu, saya harap sebanyak 6,5 juta ha yang belum benar-benar dioperasikan, agar segera bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan produksi pulp dan kertas Indonesia,” ujarnya.

Karena, lanjut dia, jika dapat memanfaatkan 6,5 juta ha HTI, maka produksi pulp dan kertas dalam negeri bakal mampu samai produksi milik Brazil. “Kalau Brazil punya nomor urut 3, kenapa kita tidak bisa seperti Brazil yang memiliki jumlah dan kualitas yang hampir mirip,” kata Tony.

Sementara itu pelaku usaha lebih optimistis dibandingkan dengan pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian (Kemenperin) atas prospek industri pada 2015. Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) meyakini industri pulp dan kertas mampu tumbuh 12%.

Wakil Ketua APKI Rusli Tan melihat potensi pasar tahun depan tetap besar karena industri makanan dan minuman olahan diyakini bertumbuh dengan baik. Sebagian besar bisnis produsen kertas bukan ditopang dari penjualan kertas cetak lembaran melainkan dipasok ke sektor pengemasan. “Semua produk harus dibungkus, jadi pemakaian kertas pasti luar besar,” kata Rusli.

Sementara itu Direktur Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin Pranata justru memproyeksikan pertumbuhan industri pulp dan kertas hanya 6% – 7% pada tahun depan. Prognosis ini merujuk kepada hasil dari produksi riil bukan kapasitas terpasang.

“Pertumbuhan industri ini tergantung pula kepada situasi pasar, mudah-mudahan tidak ada masalah dari pemerintahan Jokowi. Saat ini hambatan utama soal sistem verifikasi legalitas kayu untuk produk kertas,” tutur Pranata.

Sementara itu dari kaca mata pengamat, industri pulp dan kertas diperkirakan cuma tumbuh 5% – 6% sepanjang tahun depan. Tapi persentase ini bisa terlampaui apabila tercipta iklim usaha dan regulasi yang mendukung.

“Kita harus responsif terhadap isu dumping dan safeguard. Sekarang kita banyak diserang tapi sangat jarang kita memperlakukan dumping kepada industri luar padahal industri kertas kita cukup tertekan,” ucap Ekonom Institute for the Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani.

Source : http://www.neraca.co.id/

Rate this post

Bagikan:

Request Presentation

Agenda Terdekat Productivity Quality




Layanan Kalibrasi

Download Jadwal Training 2025

Proxsis TV

[yikes-mailchimp form=”1″]