Safety Driving adalah perilaku mengemudi yang mengacu pada standar keselamatan berkendara yang berlaku di suatu negara.
Kalau di Indonesia, kita mengacu pada Undang-Undang Lalu Lintas terbaru yakni UU No. 22 Tahun 2009. Safety Driving juga bisa disebut sebagai Skill-Based Driving atau berkendara dengan keterampilan dan pengalaman berdasarkan standar keselamatan, jelasnya.
Sementara Defensive Driving adalah perilaku mengemudi yang dapat menghindarkan kita dari masalah, baik yang disebabkan oleh orang lain maupun diri sendiri.
Jadi bisa disebut bahwa Defensive Driving merupakan versi mengemudi yang lebih komprehensif karena tidak hanya butuh keterampilan tapi juga perilaku yang baik.
Saat di jalan, ada saja hal-hal yang bisa membuat kita terkena masalah. Mungkin karena ketidaktahuan kita mengenai standar-standar berkendara yang benar atau ketidaktahuan pengendara lain mengenai aturan dan cara berkendara yang aman.
Mengemudi tidak hanya harus aman, efisien dan benar tapi juga harus bertanggung jawab. Inilah yang disebut sebagai behavior-based driving. Kalau kita melihat jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia berdasarkan data WHO pada tahun 2010 saja sudah terjadi 31.234 korban jiwa akibat kecelakaan lalu lintas.
Pada 2011, menurut data yang dikeluarkan Asia Development Bank angkanya mencengangkan karena meningkat terus jadi 47.000 korban jiwa. Kecelakaan disebabkan mayoritas faktor manusia.
Apa yang salah? Perilaku yang emosional dan mudah terprovokasi adalah jawabannya. Potensi resiko berkendara jadi meningkat.
Pengemudi defensif adalah mereka yang bisa mengendalikan emosi, tetap tenang, tidak mudah terprovokasi menanggapi kondisi di luar kendaraannya. Syarat utama lainnya adalah harus memiliki kewaspadaan terus menerus dan antisipasi. Untuk mudah diingat: 4A (Alertness, Awareness, Anticipation dan Attitude).
1. Alertness (kewaspadaan) : Sikap ini menjadi faktor utama yang menjamin pengendara selalu siaga dan sigap terhadap pengguna jalan lain. Dalam keadaan selalu waspada, artinya kita akan selalu bertindak benar dalam menghadapi ataupun merespon hal atau kesalahan dari pengendara lain.
2. Awareness (kesadaran) : Kesadaran diri adalah hal yang penting, dimana sebagai pengemudi memang diharuskan memiliki pengetahuan mengenai berkendara yang baik, benar dan aman. Pengetahuan dan pemahaman yang tepat dalam hal berkendara dengan benar, akan mampu meminimalisir kecelakaan lalu lintas. Intinya pengemudi juga harus bisa mengenali batas kemampuan dirinya sendiri dalam berkendara.
3. Attitude (Sikap, mental) : Hal ini lebih menegaskan pentingnya cara pandang bahwa sebagai pengendara tidak boleh egois dan mau menang sendiri, karenanya yang harus diutamakan adalah kepentingan umum. Pengemudi yang memiliki sikap dan mental baik, akan bersedia saling bergantian bila mendapati antrian di jalanan.
4. Anticipation ( antisipasi, menjaga segala kemungkinan) : Sikap ini penting karena sebagai pengendara, antisipasi yang tepat terhadap sesuatu yang terjadi saat berkendara akan mempengaruhi keselamatan berkendara.
Pengemudi yang menerapkan Defensive Driving juga memiliki beberapa keuntungan, diantaranya selalu ingat adanya bahaya di jalan, Selalu bersiap untuk mengambil tindakan pencegahan dan meminimalkan kemungkinan kecelakaan di tengah lalu lintas yang seringkali semrawut serta disiplin pengendara lain yang masih minim.
Bagaimanakah menerapkan Defensive Driving?
Berikut ini 10 pedoman penerapan Defensive Driving yang mungkin bisa anda ikuti dalam keseharian aktivitas anda;
- Jangan pernah lengah. Berkendara memang harus rileks, tetapi harus selalu focus dan waspada. Monitor terus kendaraan dan objek-objek di sekitar Anda. Tidak hanya yang jauh di depan, pantau juga yang di belakang, kiri dan kanan melalui kaca-kaca spion.
- Patuhi marka jalan dan lampu pengatur lalu lintas/traffic light. Sesuaikan laju mobil Anda dengan informasi/rambu-rambu yang terpampang di tepi jalan. Dan hati-hati saat melintasi persimpangan. Bila lampu merah menyala, jangan menerobos. Berhentilah di belakang garis putih.
- Jangan terpancing pengendara ugal-ugalan. Jika bertemu dengan pengendara ugal-ugalan, lebih baik mengalah. Biarkan mereka lewat lebih dulu, karena yang paling mengerikan adalah kita tidak tahu bagaimana kondisi si pengendara. Jangan-jangan, dia sedang emosi, atau bahkan sedang mabuk.
- Jangan emosi. Seandainya pun ada yang nyalip, atau seseorang tiba-tiba membunyikan klakson berkali-kali, tetaplah tenang. Ada berjuta-juta alasan yang bisa Anda cari untuk tidak marah dan mengintai keselamatan Anda sendiri.
- Jangan percaya pada pengendara lain. Meskipun pada dasarnya semua pengendara ingin selamat, sebaiknya jangan percaya bahwa mereka juga akan menjamin keselamatan kita. Tetaplah bersikap hati-hati.
- Gunakan sabuk keselamatan/safety belt. Tak usah khawatir kemeja atau celana menjadi kusut akibat tertekan safety belt. Yang harus kita pikirkan, perangkat yang mungkin mengurangi kerapihan pakaian kita ini akan membuat kita selamat dan tetap hidup saat terjadi kecelakaan.
- Gunakan lampu sign untuk komunikasi pada sesama pengendara. Pastikan cahayanya terang. Jika akan berbelok, sama sekali tidak sulit untuk menyalakan lampu sign agar pengendara lain tahu Anda akan berbelok.
- Singkirkan benda-benda yang berpotensi mengganggu konsentrasi berkendara, seperti mengoperasikan handphone. Kewaspadaan juga harus kita bangun dengan menciptaan lingkungan yang membantu konsentrasi berkendara. Bahkan, bila ada telpon masuk pada handphone saat Anda tengah mengemudi, tidak perlu diangkat dulu karena bisa mengganggu konsentrasi.
- Jangan minum minuman memabukkan. Karena kesadaran sangat penting, hindari minum-minuman memabukkan. Bahkan, jika minum obat yang menimbulkan kantuk, sebaiknya kita tidak berkendara.
- Lebih baik menunggu kereta lewat. Ini biasa terjadi di persimpangan lintasan kereta. Banyak pengendara menduga-duga kereta masih jauh ketika sinyal tanda kereta akan lewat sudah berbunyi. Menunggu beberapa menit jauh lebih baik.
Source :
http://banten-retro-classic-cars.blogspot.com/
http://www.detik.com/