Artikel IT

Bagaimana membangun Team yang Dinamis (Bagian 1)

Bagikan:

Oleh :  Yumei Sulistyo Psi.MM.MNLP

Tentu kita semua pernah melihat team sepak bola bertanding di lapangan hijau, bila kita melihat team sepak bola yang terdiri dari sebelas pemain itu, apa yang terpikir oleh kita?

Kebanyakan kita membayangan kesebelasan kita keluar sebagai pemenang pada pertandingan itu atau mungkin juga kita senang menyaksikan permainan sepak bola kelas dunia yang berkualitas, fair tidak ada baku hantam ditengah lapangan, singkat kata pertandingan itu menyuguhkan tontonan yang enak dan mengasyikan dilihat, marilah sejenak kita lihat dari sisi yang lain belajar bagaimana arti sebuah team agar kita dapat membangun team yang efektif.

Setiap kesebelasan sepak bola, terdiri dari  sebelas pemain dengan peran dan tugas masing-masing sebut saja ada penjaga gawang, ada penyerang tengah, pemain sayap, gelandang kiri dan kanan mereka ini menempati posisinya masing-masing sesuai dengan tugasnya dan kalau dilihat dalam permainan sepak bola, peluang terbesar untuk membobol gawang lawan terutama adalah penyerang tengah walaupun terbuka kemungkinan pemain belakang bisa juga membuat goal, namun pada umumnya pemain penyerang inilah yang mendapat penghargaan sebagai pencetak goal terbanyak, seperti pemain termahal dan terkaya didunia saat ini CR7 atau Christiano Ronaldo yang bahkan mendapat penghargaan bergengsi seperti Ballon D’or berturut-turut pada musim kompetisi saat ini, sebagai bukti kecemerlangannya dalam mencetak gol terbanyak hingga dihadiahi Bola Emas, pertanyaannya adalah, mengapa harus dia sendiri, padahal dia bisa mencetak goal juga karena kerja keras 10  pemain yang lain? Meskipun klub sepak bola itu mendapat nama, namun sepertinya dia adalah pemain terbaik diantara 10 pemain lainnya, seolah-olah 10 pemain lainnya hanya berjuang untuk kemashuran satu orang saja, Adilkan situasi seperti ini? Kalau terus seperti ini bukankah semua orang akan berebut untuk menjadi Pemain penyerang tengah seperti CR7, namun kenyataannya ini tidak terjadi, pemain yang lain menerima kenyataan ini apa adanya dan tetap bermain baik sebagaimana seharusnya.

Contoh lain adalah Team Formula One, pernah melihat bagaimana ajang balapan mobil formula one yang sangat megah dan tontonan kelas dunia yang luar biasa hebatnya, dimana kemenangan kadang hanya ditentukan oleh waktu seper sekian detik, kecepatan adalah segalanya dengan dukungan team kerja yang handal dan teknologi tinggi bahkan menganti ban mobil dan mengisi bahan bakar secara bersamaan hanya dalam hitungan detik saat mobil formula masuk pit dan keluar lagi untuk melanjutkan balapan semua dilakukan kurang dari 10 detik saja, team ini jumlahnya besar dan terdiri dari orang-orang yang sangat kompeten dibidangnya,  sangat kompak dan cekatan, namun saat sang pembalap masuk finis terlebih dahulu dialah yang mendapat sanjungan, pujian dan penghargaan tertinggi, menjadi bintang iklan, mendapat bayaran yang super mahal, meskipun nama team juga terangkat, sementara anggota team formula one yang lain harus puas untuk bertepuk tangan dengan gembira, padahal sukses seorang pembalap juga ditentukan oleh puluhan anggota team dengan dukungan kerjasama yang sangat prima luarbiasa, pertanyaannya adalah adilkah kondisi seperti ini satu orang yang mendapat nama besar, pujian diatas kerja dan keringat orang lain?

Ada contoh yang lebih ekstrem lagi tentang kondisi team kerja, pernahkan terpikir oleh kita, Coba bayangkan sebuah bangunan yang bernama piramida diMesir yang telah berdiri dengan begitu kokohnya hingga ribuan tahun, sejenak cobalah berpikir bagaimana Piramida yang sangat agung itu dibangun, bayangkan dikala itu ketika teknologi belumlah sehebat sekarang ini, bagaimana harus mengerahkan para pekerja yang jumlahnya ratusan ribu bergerak dalam satu team yang kompak untuk mewujudkan impian sang Fir’aun…banyak korban berjatuhan dalam proses pembangunannya, banyak pekerja yang mati karena kelelahan, kelaparan, mati dicambuk, disiksa, ribuan juga mungkin jumlahnya, pertanyaannya apakah untuk mewujudkan ambisi sang Fir’aun harus dengan perlakuan yang represif seperti ini?, menghasilkankan suatu karya diatas penderitan orang lain.

Pada contoh pertama kesebelasan sepak bola, menggambarkan bagaimana segelintir orang mendapatkan kemungkinan lebih besar untuk memperoleh kemasyuran, dicontoh kedua Team Formula One, jelas hanya seorang yang bakal keluar sebagai bintang dan meraih ketenaran yaitu sang pembalap, sedangkan pada contoh terakhir membangun Piramida adalah memperoleh kemegahan diri diatas penderitaan orang lain, jadi Team seperti apakah yang kita inginkan sebenarnya?

Pada tahap ini tentu anda sudah mulai melontarkan berbagai argument tentang ketiga contoh situasi team di atas, sabar dulu, simpan argumen anda, marilah sejenak kita bahas konsep sebuah  team dan melihat dari perspektif yang berbeda, dari contoh sebelumnya sebenarnya konsep team sudah ada sejak jaman dahulu kala, hingga kini yang namanya team ya tidak berubah, yang berubah dan berkembang adalah pengertian dan pemahaman kita tentang team itu sendiri, marilah kita telaah satu persatu.

Rate this post

Tag:

Bagikan:

Request Presentation

Agenda Terdekat Productivity Quality




Layanan Kalibrasi

Download Jadwal Training 2023

Proxsis TV

[yikes-mailchimp form=”1″]

Butuh Bantuan?