Artikel IT

Bagaimana membangun Team yang Dinamis (Bagian 5)

Bagikan:

Team dynamic

Oleh :  Yumei Sulistyo Psi.MM.MNLP

Membangun dan mempertahankan adalah dua hal yang berbeda, proses membangun memang membutuhkan waktu, tenaga dan waktu yang tidak sedikit, team yang sudah dipuncak prestasi perlu berhati-hati atau waspada untuk terus menjaga kondisi puncak ini, karena team bisa terjerumus kedalam rasa puas yang berlebihan dan terjebak dalam zona nyaman, pada tahap ini seorang team leader perlu memikirkan bagaimana membuat team untuk menjadi lebih dinamik mampu merespon berbagai tuntutan perubahan, bagaimana caranya agar team yang sudah terbentuk dan perform ini bisa semakin dinamis?

Tidak jarang sebuah team yang sedang fokus mengerjakan suatu tugas tertentu, datang tiba-tiba permintaan yang tidak mungkin ditolak mengingat urgencynya, apakah harus tetap fokus dengan goal pertama atau menunggu giliran atau dikerjakan secara simultan hanya itu pilihannya, yang pasti tugas tersebut tidak mungkin dapat ditolak karena datang dari atas, bagi team yang sudah berorientasi pada hasil dan kepuasan pelanggan mau tidak mau hal ini harus diterima, belum lagi bila tiba-tiba anggota team ada yang berhalangan, mengundurkan diri karena berbagai alasan atau perlu penambahan anggota baru sehubungan dengan beban kerja yang meningkat, dinamika bisa berarti kemampuan beradaptasi terhadap perubahan dari luar atau secara sengaja melakukan menyegaran internal demi mengantisipasi tekanan perubahan yang diperlukan.

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan, seperti struktur yang fleksible, artinya anggota team dapat merangkap fungsi atau pertambahan tanggung jawab pada keadaan tertentu, peningkatan kemampuan dari anggota team juga bisa membuat team semakin dinamis, termasuk didalamnya adalah kemampuan mengenali berbagai tipe orang, menurut Peter Honey dalam buku Team & Team Works dikatakan sebuah team ada 5  peran : Leaders, Supporter, Doer, Thinker dan Challenger, namun hal ini tidak berarti bahwa peran anggota team bersifat statis, sejak awal hingga selamanya hanya doer saja, bukankah mereka bisa belajar untuk menjalankan peran yang lain untuk pengembangan soft skill, semakin meningkat kemampuan menjalankan berbagai peran ini menunjukan team semakin dinamis dalam merespon kebutuhan dan tekanan perubahan dari luar.

Selain faktor stuktur dan peran, seorang Team Leader juga perlu menguasai kemampuan situational leadership, teori ini dikembangkan oleh Hersey and Blanchard’spada dasarnya teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin harus menyesuaikan gayanya pada saat berinteraksi dengan anggota teamnya ada dua faktor yang perlu diperhatikan pada saat memberikan tugas kepada anggota team yaitu faktor kemauan dan kemampuan dalam menjalankan tugasnya, sehingga terdapat 4 gaya kepemimpinan situational : Gaya Telling, Coaching, Supporting dan Delegating,sebagai contoh ada situasi dimana anggota team baru saja dipindahkan untuk menjalankan peran yang baru, pada situasi ini anggota team tersebut masih belum percaya diri untuk mengerjakan pekerjaannya atau dengan kata lain kemauannya ada  namun masih rendah, hal yang sama juga dari sisi kemampuannya,  Kemauan dan kemampuan rendah, artinya bagi seorang team leader harus menerapkan gaya Telling : berikan instruksi secara jelas tugas-tugas apa saja yang harus dilakukan berikan contohnya bila perlu, hingga dia mengerti. Situasi lain ada anggota team yang kemauan tinggi namun kemampuan rendah, gaya yang paling sesuai adalah Coaching, bila kemauan rendah namun kemampuan memadai, pakailah gaya supporting, sehingga anggota team merasa didukung, dibantu dan diperhatikan. dan gaya Delegating adalah yang paling tepat pada saat anggota team dinilai memiliki kemauan dan kemampuan yang memadai,percayakan dan dengan sedikit supervisi anggota team tersebut pasti akan menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Menjadi seorang Leader yang mampu membawa perubahan memerlukan berbagai kompetensi softskill seperti membangun team yang dinamis selain itu masih banyak teknologi lain yang penting dikuasai untuk mengakselerasi proses perubahan, pembelajaran dan keberhasilan seperti technology Mind Power.

Seorang leader yang efektif mampu mengerakan team atau orang yang dipimpinnya dengan pengaruh yang dimiliki sehingga anggota team mau melakukan tugasnya dengan senang hati, semakin tinggi kemampuan soft skill seorang leader semakin efektif dia memimpin teamnya, bila hanya bertumpu pada kemampuan teknis semata, itu sama artinya sebuah motor tanpa pelumas, soft skill adalah pelumasnya sayangnya mindset ini belum sepenuhnya menjadi perhatian para Leaders, berita baiknya dengan memilih dan memutuskan untuk meningkatkan kemampuan softskill artinya bisa menjadi faktor pembeda kualitas kepemimpinan seseorang.

Rate this post

Tag:

Bagikan:

Request Presentation

Agenda Terdekat Productivity Quality




Layanan Kalibrasi

Download Jadwal Training 2023

Proxsis TV

[yikes-mailchimp form=”1″]

Butuh Bantuan?