(Bagian II) Mengenal Six Sigma Secara Sederhana by Gede Manggala (Pakar Continuous Improvement-Lean Six Sigma Master Black Belt)

Bagikan:

3. Fondasi Six Sigma: DMAIC, Black Belt, dan Team Pelaksana


Seperti disebutkan sebelumnya, Six Sigma adalah suatu metode yang sangat terstruktur. Nah, strukturnya terdiri dari lima tahapan yang disingkat DMAIC: Define, Analyze, Improve,
Control.
Selain itu, kesuksesan implementasi Six Sigma ditentukan oleh kehadiran seorang (atau lebih) fasilitator yang memahami manajemen dan penggunaan statistik; fasilitator ini disebut dengan Black Belt.
Namun yang terpenting di atas semua itu adalah team pelaksana, yang sebaiknya terdiri dari anggota yang berasal dari berbagai tim/departemen yang saling terkait (cross-functional team).

Setiap tahap, mempunyai bagian-bagian yang mesti dilaksanakan ataupun mempunyai jenis-jenis konsep statistik yang bisa dipakai, walaupun sebenarnya untuk penggunaan statistik bisa cukup fleksibel.
Define: pada tahap ini team pelaksana mengidentifikasikan permasalahan, mendefiniskan spesifikasi pelanggan, dan menentukan tujuan (pengurangan cacat/biaya dan target waktu).
Measure: tahap untuk memvalidasi permasalahan, mengukur/menganalisis permasalahan dari data yang ada.
Analyze: menentukan faktor-faktor yang paling mempengaruhi proses; artinya mencari satu atau dua faktor yang kalau itu diperbaiki akan memperbaiki proses kita secara dramatis.
Improve: nah, di tahap ini kita mendiskusikan ide-ide untuk memperbaiki sistem kita berdasarkan hasil analisa terdahulu, melakukan percobaan untuk melihat hasilnya, jika bagus lalu dibuatkan prosedur bakunya (standard operating procedure-SOP).
Control: di tahap ini kita harus membuat rencana dan desain pengukuran agar hasil yang sudah bagus dari perbaikan team kita bisa berkesinambungan. Dalam tahap ini kita membuat semacam metrics untuk selalu dimonitor dan dikoreksi bila sudah mulai menurun ataupun untuk melakukan perbaikan lagi.
4. Kontroversi
Seperti disebutkan sebelumnya, Six Sigma cukup mengundang kontroversi terutama dikalangan praktisi dibidang quality. Pada satu sisi, banyak yang menganggap Six Sigma sebagai suatu hal yang luar biasa hebat, simpel tapi powerful. Banyak konsultan berlomba-lomba mencantumkan Six Sigma sebagai salah satu jasa mereka ditambah buku-buku yang berlomba-lomba masuk ke pasaran.
Di sisi yang berseberangan, banyak praktisi yang skeptis dengan Six Sigma: berpendapat tidak ada yang spesial, hanya merupakan flavor of the month,dan jadi terkenal hanya karena gencarnya liputan dari media massa. Salah satu artikel yang cukup menggambarkan sisi yang berseberangan ini ditulis oleh seorang konsultan dibidang quality bernama Arthur Schneiderman dalam artikel yang berjudul “Question: When is Six Sigma not Six Sigma? Answer: When It’s the Six Sigma Metric!!”. Artikel lain yang cukup berimbang berjudul “What’s Wrong With Six Sigma?“ ditulis oleh John Goodman & Jon Theuerkauf di majalah Quality Progress (terbitan American Society for Quality) edisi January 2005. Kedua artikel diatas bisa dicari di internet dengan Google (www.google.com) ataupun mesin pencari lainnya.

Sekali lagi, diluar kontroversi itu, yang penting adalah bahwa kita menggunakan konsep/metode ini, apapun namanya, dalam pekerjaan kita. Hasilnya bisa sangat luar biasa, jika kita disiplin dan konsisten.

 

Bersambung…

Diambil dari

Mengenal Six Sigma secara Sederhana

Gede Manggala

Rate this post

Tag:

Bagikan:

Request Presentation

Agenda Terdekat Productivity Quality




Layanan Kalibrasi

Download Jadwal Training 2023

Proxsis TV

[yikes-mailchimp form=”1″]

Butuh Bantuan?