Bisa Membuat, Cuma Pasar Tak Menyerap

Bagikan:

019218000_1449808145-1Pengembang mobil listrik nasional meminta dukungan konkret ke pemerintah agar mereka bisa produksi masal. Selain dukungan, pengembang mobil listrik juga meminta kepastian pasar agar mereka bisa memproduksi mobil listrik dalam skala massal dan ekonomis.

SEBAGIAN kita mungkin masih terngiang-ngiang dengan kabar kecelakaan yang menimpa Dahlan Iskan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat melakukan uji coba mobil listrik di Plaosan, Magetan tahun 2013 silam.

Bukan masalah tabrakan yang kita bahas, melainkan lebih kepada upaya Dahlan Iskan yang bersemangat mengembangkan proyek mobil listrik. Tak hanya bikin mobil saja, Dahlan saat itu juga mendorong PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) membangun Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPBLU).

Namun, usai ganti pemerintahan, kabar proyek mobil listrik itupun seakan hilang dari sorotan. Tak ada lagi kabar uji coba mobil listrik yang menghiasi media massa. Yang terjadi justru sebaliknya, proyek mobil listrik era Dahlan Iskan justru memasuki era baru. Kejaksaan Agung mencium kejanggalan dalam proyek mobil listrik tersebut.

Terlepas dari masalah hukum yang menjerat proyek mobil listrik tersebut, yang pasti pemerintah di era presiden SBY telah memperkenalkan mobil listrik Selo si kuning ‘Lamborghini’ saat KTT APEC 2013 di Bali.

Agar pengembangan mobil listrik karya anak bangsa tersebut tak terputus, Soekotjo Herupramono, Ketua Asosiasi Pengembang Kendaraan Listrik Bermerek Nasional (Apklibernas) berharap, proyek mobil listrik kembali mendapat dukungan dari pemerintah Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Dukungan akan menjadi motor bagi pengembang mobil listrik agar percaya diri melanjutkan pengembangan proyek mobil listriknya. “Selain itu, kami juga berusaha mengedukasi masyarakat,” kata Soekotjo yang juga menjabat Presiden Komisaris Electric Vehicle Industry kepada KONTAN, Rabu (24/2).

Selain dukungan, Soekotjo minta komitmen ketersediaan pasar mobil listrik kepada pemerintah, setidaknya 10% dari total pasar atau sekitar 100.000 unit. “Jika pasarnya ada dan diterima, maka akan mengembangkan industri komponen nasional juga,” kata Soekotjo.

Menurut Muhammad Nur Yuniarto, Dosen Institut Teknologi Surabaya (ITS), industri di Indonesia mampu membuatnya baik secara teknologi maupun hak paten. “Kendalanya cuma pada baterai litium yang masih impor,” kata Nur yang juga menjabat Ketua Tim Pengembangan Mobil Listrik ITS.

Nur menambahkan, meski mobil listrik diproduksi massal, namun nilai impor baterainya tak akan melampaui nilai impor bahan bakar minyak (BBM) yang dibakar mobil konvensional.

Sementara, I Gusti Putu Suryawirawan, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian menegaskan, pemerintah masih berkomitmen mengembangkan mobil listrik. Sebab, 2030 nanti, Indonesia ingin mengurangi CO2 sebesar 29%.

Salah satu cara mengurangi CO2 dengan mengurangi polusi kendaraan bermotor yakni mengembangkan mobil hemat energi dan mobil listrik. Putu menjanjikan insentif, termasuk subsidi Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil listrik. Mari kita tunggu realisasinya.

Sumber: http://www.kemenperin.go.id/

Rate this post

Tag:

Bagikan:

Request Presentation

Agenda Terdekat Productivity Quality




Layanan Kalibrasi

Download Jadwal Training 2023

Proxsis TV

[yikes-mailchimp form=”1″]

Butuh Bantuan?