Artikel Safety

Langkah-Langkah Pengurangan Risiko Kebakaran

Bagikan:

Risiko Kebakaran

kebakaran3

 

 

Langkah-langkah pengurangan Risiko bencana dipahami sebagai pengembangan dan penerapan secara luas dari kebijakan-kebijakan, strategi-strategi dan praktek-praktek untuk meminimalkan kerentanan dan risiko bencana di masyarakat yang berbasis masyarakat. Upaya mengurangi risiko bencana dilakukan melalui tiga langkah yaitu:

 

1. Pencegahan

Pencegahan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan atau mengurangi ancaman bencana. Sebagai contoh, untuk mencegah terjadinya kebakaran dilakukan tindakan pemasangan instalasi listrik yang benar, pemilihan bahan bangunan yang tidak mudah terbakar, jangan menempatkan bahan yang mudah terbakar di dekat sumber dan sebagainya.

 

2. Mitigasi

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.Tindakan mitigasi disebut sebagai tindakan struktural dan non struktural.Tindakan mitigasi yang bersifat struktural contohnya adalah pemasangan instalasi listrik oleh orang yang profesional, bahan bangunan yang tidak mudah terbakar seperti kerangka baja ringan untuk kap rumah. Tindakan mitigasi yang bersifat non struktural misalnya pelatihan untuk membangun kepedulian masyarakat terhadap bahaya yang dihadapi, pelatihan dan pengorganisasian sukarelawan bagi kegiatan bencana kebakaran.

Tujuan pokok dari tindakan mitigasi adalah:
a. Mengurangi ancaman
Sebagian bencana tidak dapat dicegah agar tidak terjadi, tetapi ancamannya dapat dikurangi. Misalnya: struktur bangunan yang tahan api.

b. Mengurangi kerentanan
Berbagai faktor seperti factor fisik, social, ekonomi maupun kondisi geografis dapat menurunkan kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan diri maupun menanggulangi dampak akibat bahaya kebakaran. Hal terpenting dalam kegiatan pengelolaan risiko bencana kebakaran adalah menurunkan kerentanan sehingga masyarakat menjadi tahan terhadap bencana kebakaran.

c. Meningkatkan kapasitas
Kapasitas merupakan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana pada semua tahapannya, melalui berbagai sistem yang dikembangkannya. Contoh peningkatan kapasitas adalah dalam menghadapi kebakaran yang bersifat musiman, kelompok masyarakat memiliki posko kebakaran yang akan siap setiap kebakaran terjadi. Peningkatan kapasitas juga bisa dilakukan dengan meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran, pelatihan tanggap darurat, dan sebagainya.

 

3. Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Sebagai contoh: membangun system peringatan dini, penyiapan jalur evakuasi bila terjadi bencana, latihan simulasi bencana.
 
Kesiapsiagaan diri, keluarga dan sekolah akan sangat membantu dalam mengurangi dampak bencana, baik kerugian harta maupun korban jiwa, Kesiapsiagaan dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memahami potensi ancaman yang ada di daerah masing-masing
2. Memahami penyebab atau tanda-tanda akan terjadinya bencana
3. Memahami apa yang harus dipersiapkan dan yang harus dilakukan baik sebelum, saat dan sesudah bencana.
Tingkat kerentanan perkotaan di Indonesia adalah suatu hal yang sangat penting untuk diketahui sebagai salah satu hal yang berpengaruh terhadap terjadinya bencana alam. Tingkat kerentanan kota-kota besar di Indonesia dapat ditinjau dari kerentanan fisik , sosial kependudukan, dan ekonomi.Kerentanan fisik menggambarkan tingkat kerusakan terhadap fisik bila ada faktor berbahaya tertentu. Melihat dari berbagai faktor seperti persentase kawasan terbanguin, kepadatan bangunan, persentase bangunan konstruksi darurat, jaringan listrik, rasio panjang jalan, jaringan telekomunikasi, jaringan PDAM, jaringan rel KA, maka perkotaan di Indonesia dapat dikatakan berada pada kondisi yang sangat rentan karena persentase di antara unsur-unsur tersebut sangat rendah.

Kerentanan sosial menunjukkan tingkat kerentanan terhadap keselamatan jiwa/kesehatan penduduk apabila ada bahaya. Dari beberapa indikator antara lain kepadatan pendusuk, laju pertumbuhan penduudk, persentase penduduk usia tua-balita dan penduduk wanita, maka kota-kota besar di Indonesia memiliki kerentanan sosial yang sangat tinggi. Belum lagi jika kita melihat kondisi sosial saat ini yang semakin rentan terhadap bncana non-alam, seperti rentannya kondisi sosial masyarakat terhadap kerusuhan, tingginya angka pengangguran, instabilitas politik, dan tekanan ekonomi.

Kerentanan ekonomi menggambarkan besarnya kerugian atau rusaknya kegiatan ekonomi (proses ekonomi) yang terjadi bila ada ancaman bahaya. Indikator yang dapat kita lihat menunjukkan tingkat kerentanan ini misalnya persentase rumah tangga yang bekerja pada sektor rentan (jasa dan distribusi) dan persentase rumah tangga miskin.

Beberapa kerentana fisik, sosial, dan ekonomi tersebut di atas`menunjukkan bahwa kota-kota besar di Indonesia memiliki kerentanan yang tinggi , sehingga hal ini menyebabkan tingginya risiko terjadi bencana.

 
Tingginya risiko kebakaran gedung dan pemukinan pada berbagai fungsi atau penggunaan bangunan dapat dinyatakan dengan analisis sebagai berikut:
 
1. Adanya risiko kebakaran karena hadirnya faktor-faktor penyebab kebakaran di setiap tempat dalam kehidupan sehari-hari, seperti: listrik dan peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik, kompor (gas atau listrik), lampu tempel/lilin, rokok, obat nyamuk bakar, membakar sampah, dan kembang api/petasan. Kondisi ini apabila dipicu oleh tindakan yang salah atau lalai dapat memunculkan terjadinya kebakaran.
 
2. Ketiadaan sarana pemadan kebakaran pada suatu lingkungan atau bangunan. Atau kurang terawatnya sarana peringatan dini (sistem alarm kebakaran) dan sarana pemadam kebakaran; sehingga dalam banyak kasus ditemukan berbagai sarana pemadaman kebakaran yang tidak berfungsi. Kondisi ini secara jelas berperan mengurangi atau melemahkan kemampuan suatu lingkungan atau bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran apabila suatu saat terjadi.
 

3. Perilaku orang-orang pada suatu lingkungan atau yang menghuni bangunan yang cenderung ceroboh/lalai, rendahnya kesadaran menjaga lingkungan, kurang pengetahuan tentang bahaya api, pembiaran terhadap anak-anak yang bermain api, keterpaksaaan karena keterbatasan ekonomi serta vandalisme. Kesemuanya ini merupakan faktor yang ikut menyumbangkan tingkat kerawanan terhadap kebakaran pada suatu bangunan atau lingkungan.Upaya pengurangan risiko kebakaran di lingkungan sekolah dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai berikut:

  • Melengkapi bangunan sekolah dengan sarana proteksi kebakaran dan sarana jalan keluar/penyelamatan jiwa
  • Memberikan penyuluhan atau pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran kepada kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidikan
  • Memberikan materi pembelajaran pengurangan risiko, termasuk risiko kebakaran kepada siswa
  • Menyediakan panduan/prosedur tetap untuk menghadapi bencana

Source : http://maksadakebakaran.blogspot.com/

 
Rate this post

Bagikan:

Request Presentation

Agenda Terdekat Productivity Quality




Layanan Kalibrasi

Download Jadwal Training 2023

Proxsis TV

[yikes-mailchimp form=”1″]

Butuh Bantuan?