Ini Tiga Industri Unggulan di NTT yang Bakal Dikembangkan

Bagikan:

SONY DSC

Menteri Perindustrian Saleh Husin akhir pekan ini mengunjungi berbagai wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dari kunjungannya itu, Saleh Husin menyebut ada tiga industri yang menjadi fokus di NTT dan akan dipercepat industrialisasinya.

“Nusa Tenggara Timur memiliki potensi pengembangan industri di Indonesia timur. Hal ini sekaligus untuk memperkuat struktur dan penyebaran industri serta mengurangi konsentrasi industri yang selama ini terpaku di Jawa,” kata Saleh Husin di Maumere, Kabupaten Sikka, Flores NTT, Minggu (7/6/2015).

Tiga fokus industri yang tersebar di beberapa daerah di NTT itu, lanjut Saleh, ‎pertama adalah pengembangan garam untuk kebutuhan industri atau yang lazim disebut garam industri.

“‎Untuk garam industri ada 5 daerah yang cocok yaitu Nagekeo, Ende, Kabupaten Kupang, Sumba Timur, dan Rote,” katanya.

‎Yang kedua, menurut Saleh, yaitu pengembangan industri gula di tiga daerah seperti Sumba Barat Daya, Timor Tengah Selatan, dan Rote. Meski saat ini terkendala lahan, Menteri kelahiran Rote itu menyebut bakal mempercepat proses yang tengah berjalan.

“Memang ada masalah, tapi kan di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Dan syukurlah, Bupati Sumba Barat Daya siap menyediakan lahan,” ujarnya.

Saleh juga menyebut, satu pabrik gula membutuhkan sedikitnya 10.000 hektare tanaman tebu sebagai pemasok bahan baku.

Sedangkan industri yang ketiga adalah industri kecil menengah seperti industri tenun ikat yang merupakan keunggulan provinsi ini. Sejauh ini, lanjutnya, Kemenperin telah membantu dengan memberikan bantuan peralatan, pelatihan termasuk teknik pewarnaan alami.

“Tenun ikat di NTT kaya motif karena masing-masing pulau memiliki motif yang berbeda dan dipengaruhi latar belakang budaya dan punya nilai filosofi. Seperti warna dasar gelap menggambarkan kerasnya prinsip kehidupan di NTT dan merah sebagai lambang keberanian berusaha,” ulas Saleh.

Khusus untuk garam industri, Menperin juga mengaku perlu menjelaskan bahwa spesifikasi jenis garam ini berbeda dengan garam yang digunakan kebutuhan rumah tangga atau lebih dikenal sebagai garam konsumsi.

Saleh menjelaskan, garam berindustri berbeda dengan garap yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari atau garam konsumsi. ‎Garam industri harus mengandung natrium klorida atau NaCL 97,4 persen ke atas atau kandungan airnya sangat rendah. Garam industri dibutuhkan untuk beraneka industri seperti makanan minuman, pabrik kaca, pabrik kertas hingga untuk pengeboran minyak.

Kendati wilayah laut Indonesia sangat luas, namun tidak semua laut di Indonesia mampu menghasilkan garam sesuai spesifikasi tersebut.

“Harus dipahami ini faktor alamiah. Umumnya laut kita menghasilkan garam konsumsi yang kandungan NaCL 94 persen ke bawah. Nah, dari laut-laut di Indonesia, hanya sedikit perairan yang punya potensi menghasilkan garam industri yaitu di NTT,” pungkasnya.

‎Menperin Saleh Husin berada di Nusa Tenggara Timur sejak bersama dengan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang juga tengah meninjau kondisi dan kesiapan infrastruktur di beberapa pelabuhan dan bandara. Sejak Sabtu hingga Minggu (6-7/6/2015). Keduanya “blusukan” ke Ende, Kupang, Rote, Tambolaka (Sumba Barat), dan Maumere.

Tidak hanya berkeliling di pulau-pulau yang berlainan di NTT, kedua menteri itu juga menyeberang ke Provinsi Maluku. Tepatnya Saumlaki di Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan terakhir menyambangi Tual, Maluku Tenggara.

Source : http://finance.detik.com/

Rate this post

Bagikan:

Request Presentation

Agenda Terdekat Productivity Quality




Layanan Kalibrasi

Download Jadwal Training 2023

Proxsis TV

[yikes-mailchimp form=”1″]

Butuh Bantuan?