Ketersediaan beras pada tahun ini diperkirakan surplus sebesar 10,572 juta ton berdasarkan Angka Ramalan (Aram) I/2015.

Dari data yang dirilis BPS, produksi padi tahun ini dapat mencapai 75,55 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 43,94 juta ton.

Sementara itu, kebutuhan beras tahun ini diperkirakan sebesar 33,368 juta ton dengan rincian tingkat konsumsi beras per kapita per tahun sebesar 124,89 kg dan kebutuhan beras lainnya seperti industri, tercecer, dan lain-lain.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Hasil Sembiring mengatakan selain karena meningkatnya produksi secara siginifikan, surplus beras juga terjadi karena menurunnya tingkat konsumsi beras per kapita per tahun.

“Dulu orang makan nasi banyak, sekarang orang makan nasi tidak banyak. Dan sekarang sudah mulai mengerti kesehatan. Bahkan ada wacana konsumsi per kapita turun jadi 114,” katanya, belum lama ini.

Meski secara keseluruhan terjadi surplus, di bulan-bulan tertentu tercatat masih akan terjadi defisit beras. Bila dirinci antara kebutuhan dan produksi per bulan, selama tahun 2015 diperkirakan akan terjadi defisit pada lima bulan, yaitu Januari, Mei, Oktober, November, dan Desember.

Menanggapi hal ini, Hasil mengatakan pemerintah akan membangun manajemen stok yang baik agar kebutuhan beras pada tiga bulan mendatang, yaitu Oktober, November, dan Desember, dapat terpenuhi.

“Di situ makanya saat sekarang surplus banyak, kalau bisa Bulog, tidak harus selalu Bulog sih, tapi juga teman-teman industri beras itu sudah bisa nyerap,” ujarnya.

Dengan asumsi surplus tersebut seharusnya pemerintah tidak melakukan impor beras pada tahun ini. Namun, kondisi surplus tersebut apabila tidak dikelola dengan baik membuat defisit beras yang memicu harga melambung. Tentu ini tergantung manajemen stok pemerintah.

Source : http://industri.bisnis.com/