Artikel IT

Transformational Leadership with Mind Power

Bagikan:

Kebanyakan orang merasa sudah paham dengan makna leadership, tidak salah karena leadership memang dapat dimaknai berbeda-beda bergantung pada tingkat pemahaman dan konteks dimana dia berada, persoalannya menjadi rumit ketika ditanyakan kenapa harus ada pemimpin ? jawabannya  beragam dan semua jawaban itu benar karena persepsi selalu benar menurut dirinya sendiri, dalam sesi workshop jawaban  yang paling sering muncul adalah karena ada yang harus dipimpin, karena supaya ada keteraturan, supaya ada kejelasan, supaya tidak terjadi chaos, karena tidak semuanya harus jadi pemimpin, karena harus ada yang berwenang memutuskan, karena harus ada satu suara yang memimpin, masih banyak lagi beragam jawaban… dan ingat sekali lagi semua jawaban ”benar” menurut persepsi yang menjawab.

Saat ini sudah ada banyak teori kepemimpinan bahkan setiap Center, Expert atau Schoolar memiliki rumusannya sendiri dan memberi nama atau istilah yang keren, namun saking banyaknya membuat orang bingung mana yang terbaik, ada istilah Trait Leadership, Three Dimensional Leadership, Leadership Style, Situational Leadership, Servant Leadership, Authentic Leadership, Autocratic Leadership, Democratic Leadership, Laissez faire Leadership, Charismatic Leadership, Transactional Leadership, Effective Leadership, Transformational Leadership dan masih banyak lagi istilah. Mengapa kita perlu tahu semua teori leadership ini, karena itulah yang banyak ditawarkan dan pada dasarnya sangat positif karena kita tinggal memilih mana yang terbaik sesuai kebutuhan.

Persoalan leadership adalah persoalan kita semua dan persoalan banyak perusahaan, data menunjukan 40% Executive baru gagal di 18 bln pertama (Center for Creative Leadership),   pemimpin yang direkrut dari luar perusahaan kemungkinan gagal dua kali lipat (Ciampa & Watkins), hanya 2% perusahaan yang mengatakan sangat berhasil dalam mengembangkan potensi kepemimpinan dari dalam (SIOP) ada lagi penelitian yang mengatakan sepertiga dari pemimpin gagal mencapai business goal (Bersin by Deloitte), memang kenyataannya kebanyakan professional karena tuntutan pekerjaan sering menjadi sangat baik secara teknikal, namun kurang memberi perhatian pada kemampuan soft skill yang memadai.

Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa kegagalan kepemimpinan dapat dibagi menjadi dua bagian besar, kurangnya Leadership skill seperti  kemampuan untuk memfasilitasi perubahan, membangun team, meng “Coach” anggota team dan kurangnya interpersonal skill seperti membangun trust, membangun network dan rendahnya kemampuan komunikasi .

Kembali kepada pertanyaan mengapa harus ada Pemimpin? bila kita masukan dalam konteks personal maupun bisnis, maka jawabannya adalah pasti karena ada tujuan yang hendak dicapai, tujuan bisa berupa target KPI ataupun target perubahan lainya, tujuanpun bisa dalam berbagai dimensi waktu, berarti esensinya adalah dibutuhkan kepemimpinan yang mampu mencapai tujuan dengan efektif bersama team dan menciptakan kepemimpinan baru untuk sustainability dimasa datang, karena itulah TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP menjadi sangat relevan untuk menjawab tantangan ini,.

Secara generik Transformational leadership memiliki 4 faktor yaitu : Idealized  influence, inspirational motivation, Intellectual stimulation dan individualized consideration,  bagaimana mudahnya ? Seorang pemimpin harus mempunyai visi yang jelas , target yang hendak diraih atau perubahan yang diinginkan, menjadikan dirinya sebagai role model, mampu berkomunikasi secara persuasif untuk menginspirasi dan memotivasi tim kerjanya, mampu secara kreatif dan inovatif mencari solusi terbaik seperti layaknya seorang entrepreneur tanpa kehilangan gambaran besarnya dan mampu memberi perhatian untuk mengembangkan anak buah melalui Coaching yang efektif, apalagi semua itu dilakukan dengan MIND POWER seperti mampu mengendalikan kesadaran untuk memilih dan memutuskan untuk tetap fokus pada tujuan apapun hambatannya,  mampu mengendalikan emosi negative melalui kekuatan reframing dan mengarahkan energi positif pada tim kerjanya, mampu secara fleksibel menggunakan potensi kekuatan otak kiri dan kanannya secara seimbang sehingga mampu berpikir kreatif dan inovatif, memilih kata secara cermat yang memiliki kekuatan waking hypnosis, semua ini berangkat dari kekuatan diri sehingga menampilkan karisma yang menginfluence, bukankah ini yang diinginkan?

Source.

Rate this post

Tag:

Bagikan:

Request Presentation

Agenda Terdekat Productivity Quality




Layanan Kalibrasi

Download Jadwal Training 2023

Proxsis TV

[yikes-mailchimp form=”1″]

Butuh Bantuan?