Hari Penghapusan Diskriminasi Rasial Internasional 2020: Saatnya Hapus Diskriminasi Rasial di Kantor dengan Pahami Tanda-tandanya

Bagikan:

diskriminasi rasial

Tanggal 21 Maret diperingati sebagai Hari Penghapusan Diskriminasi Rasial Internasional. Sejumlah data penelitian menyebutkan bahwa hampir sepertiga karyawan melihat bahkan mengalami diskriminasi rasial di kantor tempatnya bekerja dalam setahun terakhir. Tindakan diskriminatif tersebut hadir dalam berbagai bentuk yang berbeda-beda. Ada yang terlihat secara nyata dan lugas, ada yang tersamarkan oleh perilaku sehari-hari yang dianggap biasa.

diskriminasi rasial

Apapun bentuknya, yang namanya diskriminasi rasial membuat para karyawan tidak nyaman bekerja di kantornya. Tentu saja akan berdampak pada performa kinerja karyawan tersebut. Untuk itu, persoalan ini seharusnya menjadi perhatian penting bagi petinggi perusahaan. Perlu ada kebijakan dan tindakan untuk mengatasinya.

Namun, kembali lagi, rupanya bentuk yang beragam dalam diskriminasi rasial sering menjadi kendala menentukan kebijakan yang tepat oleh petinggi perusahaan. Kejadiannya sangat personal dan bergantung pada sikap dan pola pikir.

Oleh karenanya, ada beberapa tanda-tanda yang dapat kita pahami dan sepakati bersama sebagai suatu indikator terjadinya diskriminasi tersebut. Tanda-tanda ini tidak hanya penting bagi petinggi perusahaan dalam bersikap, namun juga setiap individu agar dapat berhati-hati serta peka demi kenyamanan bersama.

Stereotype karena generalisasi

Indikator ini merupakan hal mendasar yang dapat diperhatikan oleh setiap individu di sebuah perusahaan. Stereotype sering menjadi permulaan adanya diskriminasi rasial. Penyebabnya adalah kesalahpahaman sepihak atau informasi yang tidak lengkap tentang seseorang atau sekelompok orang, yang kemudian mengalami generalisasi.

Misalnya, bila suatu kantor pernah mengalami hal buruk atau salah paham dengan seorang oknum dengan latar belakang ras tertentu, maka dampaknya akan mengalir pula pada orang lain yang memiliki ras sama dengan oknum tersebut. Padahal, orang yang baru tersebut berkepribadian yang sangat berbeda. Mungkin pula, sebenarnya persoalan dengan oknum tadi sebenarnya bukanlah suatu masalah besar tapi tetap tumbuh jadi suatu stereotype karena tidak mendapatkan informasi yang akurat.

Untuk menghindari stereotype, hal sederhana yang dapat dilakukan adalah tidak menggunakan kosa-kata pengelompokan secara rasial, seperti “kami” atau “mereka”. Sebutan tersebut cenderung mengotak-kotakkan, dan dapat memicu komentar yang merendahkan, bahkan hingga ke ranah budaya tradisional.

Permusuhan akibat perbedaan latar belakang

Perbedaan latar belakang yang terdapat pada suatu perusahaan semestinya bukanlah suatu hal yang menimbulkan permusuhan dan pengucilan. Kasus yang sering terjadi ialah bila seorang oknum dengan kebiasaan yang berbeda, kemudian mendapatkan komentar atau kritik tentang perbedaan tersebut dari rekan sekantornya. Tak sampai di sana saja, bahkan rekan kantornya rela untuk menjauhinya karena merasa terusik akan perbedaan tersebut.

Misalnya, perbedaan bahasa atau logat. Seseorang akan terdengar kasar atau tidak sopan oleh kelompok lainnya, hanya karena tidak memahami perbedaan tersebut. Begitu merasa terusik dan minimnya penyelidikan lebih lanjut tentang perbedaan yang dirasakan.

 Terlalu mengkritik hasil pekerjaan

Persaingan antarperusahaan dalam bisnis menuntut kinerja ekstra sumber daya manusianya. Petinggi setiap perusahaan menginginkan kualitas performa terbaik karyawannya demi mendapatkan kejayaan. Maka, kritikan dari pimpinan perusahaan kepada karyawan atas ketidakpuasan menjadi kewajaran dalam persaingan tersebut.

Namun, kritikan tersebut harus tetap dalam kendali dan kepatutan, serta adil. Kritik yang berlebihan akan menimbulkan ketidakpercayadirian pada karyawan. Lebih buruk lagi, dampaknya adalah sesama karyawan yang ikut mengkritik kinerja karyawan lainnya secara berlebihan. Bahkan, sesama karyawan bisa tak segan melakukan fitnah karena adanya persaingan individu dalam menunjukkan kualitas performa.

Di sana lah risiko diskriminasi rasial bermunculan. Bila petinggi perusahaan mengkritik secara tidak adil, maka dampak terburuknya adalah penjatuhan citra ras tertentu. Sehingga, apapun pekerjaan yang sudah diselesaikan secara maksimal, terasa tidak optimal dan jadi tidak percaya diri. Akibatnya, muncul lah ketidaknyamanan.

Diskriminasi rasial yang sudah menjadi tradisi

Tindakan diskriminatif terhadap ras di suatu perusahaan juga dapat terindikasi oleh sesuatu yang sejatinya telah ada sejak lama di organisasi tersebut. Diskriminasi tersebut seolah tumbuh dan terjaga secara alamiah, sehingga cenderung sulit membongkar dan mengatasinya. Biasanya, sikap berunsur tradisi ini terjadi dalam ruang lingkup petinggi perusahaan itu sendiri. Mereka membentuk budaya tertentu sejak awal, sehingga ada keseganan untuk melanggarnya.

Tindakan ini terjadi ketika suatu perusahaan secara alamiah enggan menerima karyawan dengan latar belakang tertentu untuk bergabung. Setidaknya, mereka memperketat aturannya, sehingga karyawan dengan ras tertentu berjumlah sangat sedikit. Bahkan, kinerja mereka mendapatkan pengawasan yang lebih dari karyawan lainnya. Tanda diskriminasi rasial ini merupakan suatu indikator yang kompleks dan memuat tanda-tanda sebelumnya secara sekaligus.

Semua tanda-tanda diskriminasi rasial tersebut dapat terjadi di setiap perusahaan atau tempat kerja manapun. Pelakunya bisa siapapun, apapun posisinya. Bahkan hingga hari ini. Penghapusan tindakan diskriminatif terhadap ras di segala bidang kehidupan tentu menjadi cita-cita kita bersama. Oleh karena itu, dengan memahami indikator-indikator yang ada, kita bisa memulai perubahan setidaknya dari diri sendiri dan lingkungan terdekat.

 

Sumber: managers.org

Rate this post

Bagikan:

Request Presentation

Agenda Terdekat Productivity Quality




Layanan Kalibrasi

Download Jadwal Training 2023

Proxsis TV

[yikes-mailchimp form=”1″]

Butuh Bantuan?